Wednesday, March 21, 2007

BATUK REJAN (PERTUSIS)

PENGERTIAN


Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yang hidup dimulut, hidung dan tenggorokan


ETIOLOGI


Penyebab portitusi atau batuk rejan adalah berdetella portusis atau hemophilus pertusis; odenovirus tipe 1,2,3 dan 5 dapat ditemukan dalam traktus respiratorius, troktus gastrointesttimalis dan traktus genitou rinorius penderita pertusis atau batuk rejan bersama-sama berdetella portusis atau tanpa adanya berdetella portusis pula didapatkan berdetella portusis adalah suatu kuman kecil, tidak bergerak, gram negatif dan didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring penderita portusis atau batuk rejan, dan kemudian ditanam pada agar media border – gengou. Berdetella portusis yang didapatkan secara langsung adalah tipe antigenetik fase I.yang diperoleh melalui pembiakan terdapat dalam batuk lain.


PATOFISIOLOGI


Lesi biasanya terdapat bronkus dan brontrolus, namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea laring dan mosofaring? Basil biasanya bersarang pada silia opitel torak mukosis bagian besar dan tengah sel epitel terak, disertai inflitrat neufrofil dan makrofag. Lendir yang terbentuk dapat menyambut bronkus kecil hingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektosis eksudasi dapat pula samapi ke alveolus dan menimbulkan infeksi sekunder. Kelainan – kelainan paru ini dapat menimbulkan bronkrektosis.


MANIFESTASI KLINIS


Masa tunas 7 – 14 hari penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium, yaitu :


1. Stadium kataralis Lamanya 1 – 2 minggu pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi serangan dan malam. Gejala lainnya ialah pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.


2. Stadium spasmodik Lamanya 2 – 4 minggu pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar. Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah Gejala – Gejala Masa inkubasi 5 – 10 hari. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat seperti terkena flu biasa dengan hidung mengeluarkan lendir, mata berair, bersih, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang kemudian menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking). Anak akan berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Muntah-muntah dan kelelahan sering terjadi setelah serangan batuk yang biasanya terjadi pada malam hari. Selama masa penyembuhan, batuk akan berkurang secra bertahap. Biasanya anak-anak tidak terkena demam tinggi pada setiap tahap saktnya.


3.Stadium konvalesensi Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh pada minggu ke – 4 jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang. Juga muntah berkurang, nafsu makan pun timbul kembali. Ronki difus yang terdapat pada stadium spas,odik mulai menghilang. Infaksi semacam “Common Cold” dapat menimbulkan serangan batuk lagi.


PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Foto rontgent


• Sputum B T A


PENATALAKSANAAN MEDIS


1.Antibiotika


a.Eritromisin dengan dosis 50 mg / kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis obat ini menghilangkan bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2 – 7 hari (rata-rata 3 – 6 hari) dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan portusis bila diberikan dalam stadium kataralis. Mencegah dan menyembuhkan pneumania dan oleh karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi muda.


b.Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4


c.Lain-lain : rovamisin, kontrimoksazol, kloramfenikal dan tetrasiklin


2.Imonoglobulin Belum ada persesuaian faham mengenai pemberian imonoglobuli stadium kataralis, ada penelitian yang mengatakan pembrian imonoglobulin menghasilkan pengurangan frekwensi efisode batuk poroksismal, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa imunoglobulin tidak faedah. Pemberian imunoglobulin pada stadium paroksismal sama sekali tidak faedah.


3.Eks pektoransia dan mukolitik


4.Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali


5.Luminal sebagai sedativa


KOMPLIKASI


1.Alat Pernafasan Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronkitis, bronkopneumania, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus, emfisema (dapat juga terjadi emfisema mediastrum, leher kulit pada kasus yang berat, bronkrektasis, sedangkan tuberkulosis yang sebelumnya telah ada dapat terjadi bertambah berat.


2.Alat Pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaapsus rektum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, stomatitis


3.Sususnan saraf Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak. Mungkin pula terjadi perdarahan otak


4.Lain -lain Dapat pula terjadi pendarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan subkonjungtiva






SILAHKAN ISI SARAN ATAU PERTANYAAN ANDA...!


Nama


E-Mail

Homepage Anda




Komentar/saran